Apakah kita menyadari atau tidak,
budaya di mana kita tinggal, dan dengan apa kita mengidentifikasi diri, dengan
dahsyat membentuk setiap aspek keberadaan kita.
Budaya yang dibicarakan di sini
bukanlah batas geografi atau politik yang memisahkan antar masyarakat, melainkan
batas psikologis yang terselubung yang memisahkan “kita” dari “mereka”. Pada intinya,
budaya didefinisikan oleh norma dan nilai bersama dari sekelompok orang.
Ketika kalian mengadopsi suatu
budaya, kalian menyatakan kesetiaan penuh pada kelompok dalam itu. Kalian
berada di dalam kelompok atau di luarnya. Kalian boleh menggunakan kata benda,
bukan hanya kata sifat atau kata kerja, untuk menggambarkan komitmen kalian. Banyak
hal tergantung pada kelompok dalam mana kalian berkomitmen.
Hal pokok pada budaya dan
ketabahan adalah: “Bila kalian ingin lebih tabah, cari budaya tabah dan
bergabunglah dengan budaya itu. Bila kalian seorang pemimpin, dan kalian ingin
agar orang-orang dalam organisasi kalian menjadi lebih tabah, ciptakan budaya
tabah”.
—
Dan Chambliss mengatakan: “Cara
terbaik untuk menjadi perenang hebat adalah bergabung dengan tim hebat”. Ini benar,
tim hebat tidak sembarangan menerima orang. Mereka mempertahankan standar
tinggi. Maksudnya, efek timbal balik dari budaya tertentu sebuah tim terhadap
orang yang bergabung dengan tim tersebut. Ada prinsip responsif dari pengembangan
kepribadian: bahwa karakteristik yang dipilih untuk situasi tertentu, pada
gilirannya, ditingkatkan oleh situasi tersebut.
Ada cara sulit untuk mendapatkan
ketabahan dan ada cara yang mudah. Cara yang sulit adalah melakukannya
sendiri. Cara yang mudah adalah menyesuaikan diri—dorongan dasar
manusia untuk membaur—karena bila kalian dikelilingi orang-orang tabah, kalian
akan bertindak lebih tabah.
—
Identitas memengaruhi setiap
aspek karakter kita, tapi identitas mempunyai relevansi khusus dengan ketabahan.
Sering kali, keputusan tabah atau tidak yang kita buat—untuk bangkit sekali
lagi—adalah persoalan identitas melebihi apa pun. Sering kali, hasrat dan
kegigihan kita bukanlah hasil analisis yang dingin dan penuh perhitungan
terhadap biaya dan manfaat dari alternatif. Sebaliknya, sumber kekuatan kita
adalah diri kita yang kita kenali.
Biaya dan manfaat terhitung dari
hasrat dan kegigihan tidak selalu masuk akal, setidaknya dalam jangka pendek. Sering
kali, “lebih masuk akal” bila kita menyerah saja dan melangkah maju. Butuh waktu
yang lama sebelum manfaat dari ketabahan dapat dirasakan.
Itulah sebabnya mengapa budaya
dan identitas sangatlah kritis dalam memahami cara orang-orang tabah menjalani
kehidupan mereka. Logika dari biaya dan manfaat yang diantisipasi tidak
menjelaskan pilihan mereka dengan baik. Logika dari identitaslah yang
menjelaskannya dengan baik.
—
Kata yang paling dekat dengan ketabahan dalam
bahasa Finlandia adalah sisu. Ini bukan terjemahan sempurna. Ketabahan memberi
pengertian memiliki hasrat untuk mencapai cita-cita level puncak tertentu
dan kegigihan untuk menindaklanjuti. Sisu dapat merujuk juga pada
sumber kekuatan batin.
Ada dua pelajaran dahsyat yang
dapat kita ambil dari sisu.
Pertama, menganggap diri kalian sebagai seseorang yang mampu mengatasi
kesulitan besar kerap menyebabkan kalian memiliki perilaku yang mengukuhkan kebenaran
konsepsi tersebut. Kalian seorang petarung. Kalian memiliki hal yang dibutuhkan
untuk sukses. Kalian tidak membiarkan kemunduran menahan kalian. Ketabahan adalah
jiwa kalian.
Kedua, meskipun gagasan tentang sumber energi batin tidaklah masuk akal, perumpamaan
ini sangat tepat. Terkadang rasanya kita tidak punya apa apa lagi untuk di
berikan ,tetapi, pada saat gelap dan susah itu, kita menemukan bahwa bila kita
terus menaruh satu kaki di depan kaki yang lain, ada cara untuk mencapai
hal-hal yang tampaknya tidak masuk akal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar