moving

PENGEMBANGAN DIRI / CHARACTER BUILDING / SELF IMPROVEMENT

GRIT #12 Budaya Ketabahan



     Apakah kita menyadari atau tidak, budaya di mana kita tinggal, dan dengan apa kita mengidentifikasi diri, dengan dahsyat membentuk setiap aspek keberadaan kita.
     Budaya yang dibicarakan di sini bukanlah batas geografi atau politik yang memisahkan antar masyarakat, melainkan batas psikologis yang terselubung yang memisahkan “kita” dari “mereka”. Pada intinya, budaya didefinisikan oleh norma dan nilai bersama dari sekelompok orang.
     Ketika kalian mengadopsi suatu budaya, kalian menyatakan kesetiaan penuh pada kelompok dalam itu. Kalian berada di dalam kelompok atau di luarnya. Kalian boleh menggunakan kata benda, bukan hanya kata sifat atau kata kerja, untuk menggambarkan komitmen kalian. Banyak hal tergantung pada kelompok dalam mana kalian berkomitmen.
     Hal pokok pada budaya dan ketabahan adalah: “Bila kalian ingin lebih tabah, cari budaya tabah dan bergabunglah dengan budaya itu. Bila kalian seorang pemimpin, dan kalian ingin agar orang-orang dalam organisasi kalian menjadi lebih tabah, ciptakan budaya tabah”.


     Dan Chambliss mengatakan: “Cara terbaik untuk menjadi perenang hebat adalah bergabung dengan tim hebat”. Ini benar, tim hebat tidak sembarangan menerima orang. Mereka mempertahankan standar tinggi. Maksudnya, efek timbal balik dari budaya tertentu sebuah tim terhadap orang yang bergabung dengan tim tersebut. Ada prinsip responsif dari pengembangan kepribadian: bahwa karakteristik yang dipilih untuk situasi tertentu, pada gilirannya, ditingkatkan oleh situasi tersebut.
     Ada cara sulit untuk mendapatkan ketabahan dan ada cara yang mudah. Cara yang sulit adalah melakukannya sendiri. Cara yang mudah adalah menyesuaikan diri—dorongan dasar manusia untuk membaur—karena bila kalian dikelilingi orang-orang tabah, kalian akan bertindak lebih tabah.


     Identitas memengaruhi setiap aspek karakter kita, tapi identitas mempunyai relevansi khusus dengan ketabahan. Sering kali, keputusan tabah atau tidak yang kita buat—untuk bangkit sekali lagi—adalah persoalan identitas melebihi apa pun. Sering kali, hasrat dan kegigihan kita bukanlah hasil analisis yang dingin dan penuh perhitungan terhadap biaya dan manfaat dari alternatif. Sebaliknya, sumber kekuatan kita adalah diri kita yang kita kenali.
     Biaya dan manfaat terhitung dari hasrat dan kegigihan tidak selalu masuk akal, setidaknya dalam jangka pendek. Sering kali, “lebih masuk akal” bila kita menyerah saja dan melangkah maju. Butuh waktu yang lama sebelum manfaat dari ketabahan dapat dirasakan.
     Itulah sebabnya mengapa budaya dan identitas sangatlah kritis dalam memahami cara orang-orang tabah menjalani kehidupan mereka. Logika dari biaya dan manfaat yang diantisipasi tidak menjelaskan pilihan mereka dengan baik. Logika dari identitaslah yang menjelaskannya dengan baik.


     Kata yang paling dekat dengan ketabahan dalam bahasa Finlandia adalah sisu. Ini bukan terjemahan sempurna. Ketabahan memberi pengertian memiliki hasrat untuk mencapai cita-cita level puncak tertentu dan kegigihan untuk menindaklanjuti. Sisu dapat merujuk juga pada sumber kekuatan batin.
     Ada dua pelajaran dahsyat yang dapat kita ambil dari sisu.
Pertama, menganggap diri kalian sebagai seseorang yang mampu mengatasi kesulitan besar kerap menyebabkan kalian memiliki perilaku yang mengukuhkan kebenaran konsepsi tersebut. Kalian seorang petarung. Kalian memiliki hal yang dibutuhkan untuk sukses. Kalian tidak membiarkan kemunduran menahan kalian. Ketabahan adalah jiwa kalian.
Kedua, meskipun gagasan tentang sumber energi batin tidaklah masuk akal, perumpamaan ini sangat tepat. Terkadang rasanya kita tidak punya apa apa lagi untuk di berikan ,tetapi, pada saat gelap dan susah itu, kita menemukan bahwa bila kita terus menaruh satu kaki di depan kaki yang lain, ada cara untuk mencapai hal-hal yang tampaknya tidak masuk akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar