moving

PENGEMBANGAN DIRI / CHARACTER BUILDING / SELF IMPROVEMENT

The Power of Habit #9 NEUROLOGI KEHENDAK BEBAS; Apakah Kita Bertanggungjawab Atas Kebiasaan KIta?



“Kebiasaanlah yang paling berpengaruh. Perilaku-perilaku yang terjadi tanpa dipikir adalah bukti diri kita yang betul-betul sejati.: - Aristoteles
     Kebiasaan tidak sesederhana kelihatannya. Kebiasaan—bahkan meskipun telah tertanam di dalam benak kita—bukanlah takdir. Kita bisa memilih kebiasaan kita, begitu kita tahu caranya. Segala sesuatu yang kita tahu mengenai kebiasaan, dari para ahli neurologi dan ahli-ahli organisasi, adalah bahwa kebiasaan mana pun bisa diubah, asalkan kita tahu bagaimana kebiasaan itu berfungsi.
     Ratusan kebiasaan mempengaruhi hari-hari kita. Masing-masing memiliki petunjuk berbeda dan menawarkan ganjaran yang unik. Sebagian di antaranya sederhana sementara yang lain kompleks, digerakkan oleh pemicu-pemicu emosional dan menawarkan ganjaran-ganjaran neurokimiawi samar. Namun setiap  kebiasaan, tak peduli seberapa kompleksnya, bisa diubah.
     Tapi guna memodifikasi suatu kebiasaan, kita harus memutuskan untuk mengubahnya. Kita harus secara sadar melakukan kerja keras untuk mengidentifikasi segala tanda dan ganjaran yang menggerakkan rutinitas kebiasaan, dan mencari alternatifnya. Kita harus memiliki kendali dan cukup sadar diri untuk menggunakannya.
     Kita harus menyadari kebiasaan-kebiasaan kita—yang salah. Dan begitu kita mengetahui mengenai suatu kebiasaan, kita bertanggung jawab mengubahnya. Kita harus paham bahwa kebiasaan bisa diubah. Kita memiliki kebebasan—dan tanggung jawab—untuk mengubah kebiasaan. Begitu kita memahami kebiasaan bisa dibangun ulang, kekuatan kebiasaan menjadi lebih mudah untuk digenggam, dan satu-satunya pilihan yang tersisa adalah melakukannya.
     Kehendak untuk percaya adalah bahan terpenting dalam menciptakan kepercayaan untuk berubah. Salah satu metode terpenting untuk menciptakan kepercayaan itu adalah kebiasaan. Kebiasaan adalah yang memungkinkan kita “melakukan satu hal dengan sulit untuk pertama kali, namun tak lama kemudian semakin mudah melakukannya, dan akhirnya, dengan latihan yang cukup, melakukannya secara semi-mekanis, atau bahkan nyaris tanpa kesadaran sama sekali.” Begitu kita memilih kita ingin menjadi apa, orang tumbuh “sesuai cara mereka terlatih, seperti juga selembar kertas atau mantel, begitu ditekuk atau dilipat, setealhnya cenderung selalu melipat dengan cara yang tepat sama.”
     Jika kalian yakin kalian bisa berubah—bila kalian menjadikannya suatu kebiasaan—perubahan itu menjadi sungguhan. Inilah kekuatan sejati kebiasaan: wawasan bahwa kebiasaan-kebiasaan kalian adalah apa yang kalian pilih. Begitu pilihan itu terjadi—dan menjadi otomatis—tak hanya pilihan itu nyata, melainkan juga tampak tak terelakkan.
     Cara kita berkebiasaan memikirkan lingkungan dan diri kita sendiri menciptakan dunia yang kita masing-masing huni. “Ada dua ikan muda yang berenang-renang dan mereka kebetulan bertemu seekor ikan tua yang berenang ke arah lain, yang mengangguk kepada mereka dan berkat, ‘Selamat pagi, anak-anak. Bagaimana airnya?’” Penulis David Foster Wallace berpidato. “Dan kedua ikan muda itu meneruskan berenang, sampai akhirnya salah seekor menatap teman-temannya dan bertanya, ‘Memangnya air itu apaan sih?’”
     Air adalah kebiasaan, pilihan-pilihan tanpa-dipikir dan keputusan-keputusan tak-kasat-mata yang mengelilingi kita setiap hari—dan yang akan terlihat lagi hanya dengan ditatap.
     Air, kata William James, adalah kiasan yang paling pantas untuk cara kebiasaan bekerja. Air “melubangi sendiri saluran untuk dialiri, yang semakin lebar dan dalam; dan setelah alirannya terhenti, ketika mengalir lagi, ditelusurinya kembali jalur yang ia telah buat sendiri.
     Kini, kalian tahu bagaimana mengarahkan ulang jalur kalian. Kini kalian punya daya untuk berenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar