Ketika kita berada pada perilaku
terbaik kita, kemampuan manusia untuk mengendalikan dorongan hasrat dapat
membuat malu spesies lain. Tetapi, terlalu sering, kita menggunakan otak untuk
tidak membuat keputusan yang paling strategis, tetapi memberikan diri kita
alasan untuk bertindak lebih tidak rasional. Itu karena korteks frontal besar
lebih baik dibandingkan pengendalian diri. Dia dapat merasionalisasikan
keputusan yang buruk dan berjanji bahwa kita akan lebih baik pada esok hari.
—
MENJUAL MASA DEPAN
Simpanse bertindak lebih
rasional dari manusia, walaupun memiliki otak sepertiga ukuran manusia. Para ekonom
menyebutnya diskon penundaan—semakin lama kalian harus menunggu hadiah, semakin
berkurang nilainya bagi kalian.
Kita—manusia—lebih sering
memilih kepuasan segera dengan biaya kebahagiaan masa depan. Kita mengambil apa
yang kita inginkan ketika kita menginginkannya (sekarang), dan kita menunda
sampai besok apa pun yang tidak ingin kita hadapi hari ini.
Dibutakan oleh Hadiah
Ekonom perilaku menyebut ini sebagai maslah dari
rasionalitas yang dibatasi—kita itu rasional sampai kita menjadi tidak
rasional. Kita akan sangat rasional ketika semuanya dalam teori, tetapi ketika
godaan itu nyata, otak bergeser ke mode mencari hadiah untuk memastikan kita
tidak kehilangan.
Kita hanya lebih memilih jangka pendek,
hadiah langsung yang tepat ada di hadapan kita, dan keinginan itu menjadi membingungkan.
Hal ini menyebabkan kekuatan tekad yang dibatasi—kita memiliki pengendalian
diri sampai kita membutuhkannya.
Salah satu alasan bahwa kita begitu
rentan terhadap kepuasan segera adalah sistem penghargaan otak kita tidak berevolusi
untuk menanggapi hadiah masa depan.
Ketika “tidak pernah lagi” tampaknya terlalu membingungkan untuk menangani tantangan kekuatan tekad, gunakan aturan penundaan sepuluh menit untuk mulai memperkuat kontrol diri kalian
Berapa Tingkat Diskon Kalian?
Studi pertama untuk melihat
konsekuensi jangka panjang dari tingkat diskonto seseorang adalah sebuah eksperimen
psikologi klasik yang dikenal sebagai “Uji Marshmallow”.
Ekonom perilaku dan psikolog
akhirnya menghasilkan formula kompleks untuk menentukan peringkat diskonto
orang-orang—pada dasarnya, berapa banyak lagi nilai kebahagiaan kalian hari ini
dibandingkan kebahagiaan kalian esok hari?
—
TIDAK ADA JALAN KELUAR:
NILAI DARI PRAKOMITMEN
Thomas Schelling, seorang ekonom
perilaku, percaya bahwa untuk mencapai tujuan, kita harus membatasi pilihan. Dia
menyebutnya sebagai precommitment.
Seperti ekonomi perilaku “mengambil
langkah untuk memprediksi dan membatasi diri yang seolah-olah kita adalah orang
lain.” Ini membutuhkan kecerdikan, keberanian, dan kreativitas.
Salah satu alasan intervensi ini berhasil karena peserta harus bertanggung jawab pada seseorang yang mendukung tujuan mereka. Apakah ada seseorang yang dapat kalian bagikan tujuan kalian dengannya dan meminta dukungan ketika kalian merasa tergoda?
—
BERTEMU DENGAN DIRI KALIAN DI MASA DEPAN
Meskipun kalian mungkin berpikir
kita secara alam akan membentyk aliansi antara diri kita sekarang dan diri masa
depan, ternyata kita lebih mungkin untuk menyelamatkan diri kita sekarang dari
sesuatu yang terlalu menimbulkan stres, tetapi membebani masa depan diri kita
seperti kita ini orang asing.
Memikirkan masa depan kita
setinggi-tingginya akan baik jika kita benar-benar bisa mengandalkan masa depan
kita untuk bersikap sangat mulia. Kita menunda apa yang perlu kita lakukan
karena kita menunggu orang lain yang muncul dan akan menemukan perubahan itu
dengan mudah.
Ketika kita berpikir tentang
masa depan diri kita, kebutuhan dan emosi kita tidak terasa nyata dan menekan
keinginan kita saat ini. Pikiran dan perasaan yang membentuk keputusan diri
kita saat ini tidak dipicu sampai kita merasakan kesiapan dari kesempatan.
Studi menunjukkan bahwa sistem
refleksi diri kurang aktif di otak kalian ketika kalian merenung tentang masa
depan kalian, semakin mungkin kalian berkata “screw you” kepada kalian
masa depan, dan “ya” kepada kesenangan segera.
—
WAKTU UNTUK MENUNGGU, DAN WAKTU UNTUK MENYERAH
Beberapa orang memiliki waktu
yang sulit untuk memilih kebahagiaan saat ini lebih dari penghargaan di masa depan.
Mereka konsisten menunda kesenangan atas nama pekerjaan, kebajikan, atau
kebahagiaan masa depan—tetapi, akhirnya, mereka menyesali keputusan mereka. Ini
disebut dengan kondisi hyperopia. Orang yang menderita hyperopia
secara kronis berpandangan jauh—mereka tidak bisa melihat nilai dari menyerah
pada hari ini. Orang yang hyperopia—tidka seperti mayoritas myopic—harus
precommit untuk kesenangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar